Oleh: Dedi Saputra.
Seiring dengan semakin dekatnya hari pencoblosan Pilkada Kabupaten Tanjab Timur, pasangan Laza-Aris terus mendapat dukungan yang semakin menguat. Fenomena ini menarik perhatian, karena bukan hanya masyarakat akar rumput yang berbondong-bondong memberikan dukungan, tetapi juga para pejabat teras birokrasi yang secara diam-diam mulai mengambil posisi di belakang panggung untuk mendukung pasangan ini. Dukungan ini mencerminkan dinamika politik yang kompleks, di mana kalkulasi rasional para pemilih, baik dari kalangan masyarakat biasa maupun birokrat, memainkan peran penting dalam menentukan arah dukungan.
Dalam analisis politik, dukungan semacam ini dapat dijelaskan melalui teori rational choice (pilihan rasional). Menurut teori ini, individu baik pemilih biasa maupun pejabat birokrasi akan selalu membuat keputusan politik berdasarkan perhitungan untung rugi. Mereka mempertimbangkan opsi mana yang paling menguntungkan secara pribadi maupun kolektif dalam jangka panjang. Dalam konteks ini, para pejabat teras birokrasi yang memberikan dukungan kepada Laza-Aris melihat bahwa pasangan ini memiliki potensi yang kuat untuk menang, serta diyakini mampu membawa kebijakan yang lebih menguntungkan bagi mereka, terutama dari segi stabilitas politik dan kebijakan pro-birokrasi di masa mendatang.
Di sisi lain, dukungan dari masyarakat akar rumput juga tak terlepas dari pertimbangan rasional. Sebagai anak dari keluarga trah Nurdin yang sangat berpengaruh di Jambi, Laza membawa simbol harapan akan kembalinya stabilitas dan kemakmuran yang pernah dirasakan di bawah kepemimpinan ayah dan kakaknya, Zulkifli Nurdin dan Zumi Zola. Bagi masyarakat, pilihan untuk mendukung Laza-Aris merupakan keputusan yang rasional karena mereka percaya pasangan ini akan melanjutkan tradisi kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat kecil.
Tak dapat dipungkiri, dukungan dari para pejabat teras juga menguatkan posisi Laza-Aris. Dengan pengetahuan mendalam tentang birokrasi dan kebijakan, para pejabat ini paham betul bagaimana pasangan calon yang mereka dukung akan berdampak pada posisi mereka di masa mendatang. Dukungan ini tentu diberikan dengan kalkulasi matang, bahwa pasangan Laza-Aris memiliki kemampuan untuk menjalankan roda pemerintahan dengan lebih efektif, serta meminimalkan gejolak yang dapat mengganggu stabilitas birokrasi.
Di sinilah muncul interaksi antara rasionalitas individu dengan rasionalitas kolektif. Masyarakat akar rumput menganggap Laza-Aris sebagai simbol perubahan yang dibutuhkan untuk kesejahteraan mereka, sementara para pejabat teras memandang pasangan ini sebagai figur yang mampu menjaga kepentingan birokrasi dan membawa kebijakan yang stabil. Interaksi kedua kepentingan ini menciptakan dukungan yang solid dan terus mengalir menuju Laza-Aris.
Kesimpulannya, fenomena dukungan ini tidaklah muncul secara tiba-tiba atau tanpa alasan. Semua keputusan politik yang diambil oleh para pemilih, baik masyarakat biasa maupun pejabat birokrasi, dilakukan dengan perhitungan rasional berdasarkan kepentingan pribadi dan kolektif. Dukungan kepada Laza-Aris, 64 hari jelang pencoblosan, merupakan cerminan dari harapan akan kepemimpinan yang stabil dan berpihak pada kepentingan banyak pihak, baik di kalangan akar rumput maupun di level birokrasi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dikedari.com.